Sabtu, 17 April 2010

SIAPA MEMBELENGGU TUHAN?


Bacaan umat TUHAN, Yang Esa, Tuhan yang tidak terbelenggu.



PERISTILAHAN Dirasakan perlu menjelaskan peristilahan yang digunakan di dalam buku-mini ini, demi menghindari kesalah-pahaman.

Ibrahim/Abraham, dua nama untuk satu tokoh.1 Abraham, selaku bapak orang beriman2, menyembah Tuhan-yang-tanpa-nama. Pengakuan iman Ibrahim tercatat dalam Quraan Surat Az Zukhruf(43):27-28.3 Kalimat Tauchid Ibrahim berbunyi “…tetapi aku menyembah Tuhan yang menjadikanku,…”

Nabi Musa, berbangsa Yahudi, meyakini bahwa YHWH (dibaca Yahweh, atau Yehovah, atau Yehuwa) adalah nama Yang Maha Tinggi.4

YHWH, tidak dapat dilafazkan, adalah catatan Nabi Musa, menunjuk kepada Tokoh yang berada di tengah-tengah belukar yang menyala-nyala namun tidak terbakar.5

1 Variasi nama ini datang dari logat/dialek bahasa (bahasa Ibrani dan bahasa Arab).
2 Bahwa Ibrahim/Abraham adalah bapa-orang-beriman, disepakati oleh tiga „Kitab Suci‟ (Taurat-Injil-Quraan) {antara lain QS.2:124: …”Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.”} Maka Muhammadpun mengikuti agama/iman Ibrahim, tertulis dalam QS.2:135: …Katakanlah: “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus…” Dalam hal ini, Muhammad mentaati perintah TUHAN pada QS.16:123: …”Ikutilah agama Ibrahim, seorang yang hanif.”
3 Perhatikan, Ibrahim tidak menyebutkan nama-pribadi TUHAN, melainkan sekedar menyebutkan “… Tuhan yang menjadikan diriku…” yang menjadi kata-penunjuk untuk Yang Maha Pencipta.
4 Keluaran 3:14-15.


Nabi Muhammad, berbangsa Arab, mengajarkan bahwa „Allah‟ adalah nama-pribadi Yang Maha Tinggi. Pengajaran ini jelas di sepanjang Kitab Quraan.

Allah, adalah nama-pribadi, disembah oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya. Nama Allah sudah diseru-seru jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad.6

Isa/Yesus adalah dua nama untuk satu tokoh. Seperti halnya Maryam dan Maria adalah dua nama untuk satu tokoh yang melahirkan Isa/Yesus7

5 Kitab Keluaran 3:14-15… Di kemudian hari, nama YHWH ini dilafazkan menjadi Yahweh, namun tanpa pengesahan Nabi Musa, atau rekan-rekan seangkatan (jika ada) yang mendengar ucapan Tokoh di semak belukar itu.
6 CONTOH: Dalam Terjemahan Quraan yang disahkan oleh Departemen Agama R.I. (1999), dalam Surat An Najm(53): 19-20: Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Lata dan Al Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Jelaslah bahwa leluhur Muhammad, yakni kaum Quraisy Jahilliyah sudah menyembah Allah, berhala yang memiliki anak-anak perempuan.
7 Penyebab terjadinya dua nama ini adalah sekedar masalah logat atau dialek bahasa. Kitab Perjanjian Baru mencatat bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan (Maria); Quraan mencatat bahwa Isa dilahirkan dari seorang perawan, Maryam. Jadilah Yesus/Isa satu-satunya Tokoh di sepanjang Sejarah manusia yang menyandang julukan …bin-perempuan, sebab tidak berbapa-kan seorang manusia, melainkan Bapa Sorgawi. Hal ini akan dijelaskan pada bagian mendatang.



Yesus-, -Anak-Manusia, tidak berbangsa-Yahudi8. Dia mengajar umat menyeru Bapakami-yang-di-Sorga.9 Bapakami yang di Sorga bukanlah suatu nama.10

TUHAN, istilah yang dipakai dalam buku-mini ini, bukanlah sebuah nama, melainkan kata-penunjuk untuk menunjuk kepada Yang Maha Tinggi, Sesembahannya Ibrahim (Abraham), juga Sesembahannya Isa/Yesus11, yang tanpa nama. Digunakannya „TUHAN‟ dalam buku ini adalah demi membebaskan Yang Maha Tinggi dari belenggu Kebangsaan dan Bahasa (akan dijelaskan).

Tuhan, menunjuk kepada Sesembahan (Ibrani: Elohim; Arab: Ilah), belum menunjuk kepada Yang Maha Tinggi. Maka Tuhan dapat berarti jamak. Martabat Tuhan lebih rendah ari pada TUHAN.


8 Kebangsaan seseorang ditetapkan dari garis-keturunan ayah, bukan ibu. Maka Yesus tidak dapat dianggap berbangsa Yahudi! Perhatikan juga bahwa Ibrahim bukan berbangsa Yahudi.
9 Matius 6:9-13: …Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada oami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.
10 Dalam hal ini, Yesus-Anak-Manusia serupa seperti Abraham yang tidak menyebutkan nama-pribadi Yang Maha Tinggi. Keserupaan lain: sama-sama bukan berbangsa Yahudi.
11 Isa dan Yesus adalah dua nama untuk satu Tokoh. Akan jelas pada bagian mendatang.


1. BELENGGU KEBANGSAAN DAN BAHASA
(“TUHAN adalah milik bangsaku, TUHAN berbicara dalam bahasaku!”)

Ibrahim/Abraham bukan seorang Yahudi, tetapi dari keturunannya muncul bangsa Yahudi. Ibrahim tidak berbahasa Ibrani (dia datang dari Ur Kasdim, pada masa bahasa Ibrani belum dikenal!) Pengakuan Iman Ibrahim dinyatakan dalam kata-kata yang dapat diucapkan dalam setiap bahasa.

Pengakuan Iman Ibrahim tidak membelenggu TUHAN, melainkan memelihara keagungan Yang Maha Besar. Quraan mencatat pengakuan iman Ibrahim yang merupakan Kalimat Tauchid dalam Surat Az Zukhruf(43):27-28:

“…tetapi aku menyembah Tuhan yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaKu.”


Kalimat ini disebut Kalimat Tauchid, karena, antara lain, tidak dibatasi oleh bahasa ataupun oleh Kitab Suci. Setiap manusia, dari bangsa apapun, dapat mengucapkannya dengan bahasa masing-masing, lalu ia menjadi seorang monotheist, penyembah Tuhan Yang Benar.

Ibrahim tidak menyebutkan sesuatu nama, namun kalimat ini sangat tepat, sebab Iblis atau malaikat Iblis (berhala-berhala) tidak dapat mengaku-ngaku menciptakan manusia! Jadilah Ibrahim/Abraham manusia pertama yang menyembah Tuhan Yang Benar!

Dalam perkembangan spiritualitas, ada bangsa yang mengaku menyembah Tuhan yang benar, lalu menganggap bangsa lain tidak mengenal TUHAN; bangsa lain dianggap kafir. Tanpa sadar mereka sedang membelenggu Tuhan-mereka. Tuhan-mereka terbelenggu dalam batas-batas bahasa dan/atau negara, padahal kekuasaan dan kehadiran TUHAN mencakup seluruh jagad raya.

Contoh: Bangsa Yahudi menganggap diri mereka adalah bangsa pilihan TUHAN, dan tidak ada bangsa lain seperti mereka. Mereka menetapkan bahwa umat yang ingin beroleh keselamatan dunia-akhirat harus menjadi orang Yahudi lebih dulu. Harus belajar bahasa Ibrani. Lebih jauh lagi penyimpangan mereka: bahasa Ibrani mereka anggap sebagai bahasa Sorga.

Yang mirip adalah bangsa Arab, yang menuntut semua pengikut agama mereka harus mengucapkan pengakuan-iman dalam bahasa Arab! Doa-doa harus dipanjatkan di dalam bahasa Arab, baru sah. Kitab Suci merekapun dipertahankan dalam bahasa Arab! Bahkan umat dianjurkan melakukan peziarahan ke Tanah Arab.

Bandingkanlah dengan Yesus-Anak-Manusia, yang tidak berbangsa Yahudi atau Arab (sebab Yesus tidak berbapa manusia, melainkan Pemilik Sorga). Yesus juga tidak mengharuskan pengikutNya untuk berbahasa tertentu. Sebab semua bahasa sah di hadapan TUHAN.

Yesus (tidak membelenggu) membebaskan para pengikutNya untuk menggunakan bahasa masing-masing di dalam menyeru TUHAN. Sebab TUHAN mengerti segala bahasa.

Apakah Saudara sudah „membelenggu‟ Tuhan dengan menganggap bahwa TUHAN adalah milik bangsa saudara sendiri? Menganggap bahwa Tuhan berbicara dalam bahasa Saudara saja? Bahwa di sorga hanya bahasa Saudara yang sah? Maka Tuhan-saudara tidak lebih adalah Tuhan lokal, belum Tuhan Yang universal, Yang kekuasaanNya melampaui batas-batas negara/Kebangsaan. Tuhan-universal tidak terbelenggu oleh Kebangsaan atau bahasa manapun!


Siapakah yang sangat berambisi membelenggu TUHAN? Bukan manusia, melainkan Iblis! Supaya sebanyak mungkin manusia tidak mengenal Tuhan-yang-benar. Supaya Neraka jadi sepenuh mungkin! Maka siapa saja yang masih menyembah Tuhan(lokal), sesungguhnya dia sedang berada di pihak Iblis, yang tidak suka TUHAN disembah secara universal!

Apakah Saudara memiliki keperkasaan untuk memasuki kebenaran ilahi: TUHAN tidak terikat kepada satu bangsa atau bahasa; TUHAN adalah Tokoh yang universal. Jika Saudara tidak memiliki keberanian sedemikian, sia-sialah kesalehan yang Saudara perjuangkan seumur hidup!


2. BELENGGU KITAB „SUCI‟
(“Kitab Suci kami sempurna dan satu-satunya yang sah!”)

Para pemimpin Agama-agama nersepakat bahwa ada tiga saja Agama Semawi, yang ajarannya diwahyukan dari Sorga, yakni Agama Yahudi, Agama Kristen dan Agama Islam, yang berkembang berdasarkan Kitab Suci masing-masing.

Pemimpin masing-masing Agama cenderung menganggap Kitab Suci yang dipegangnya yang paling benar; bahkan ada kecenderungan untuk menuding bahwa Kitab Suci yang lain sudah tidak asli, atau sudah dirusak, atau bahkan sudah hilang yang aslinya.

Inipun suatu belenggu tersamar, dalam pikiran mereka: “TUHAN tidak mampu memelihara kebenaran yang diwahyukanNya!” Penulis tidak menyembah Tuhan yang demikian lemah!

Sikap sedemikian ini hanya membangkitkan pertikaian antar umat Tuhan. Sadarilah Saudara, bahwa penganut Agama yang lain mampu mencela Kitab Suci Saudara, bahkan menunjukkan pertentangan-pertentangan di dalam Kitab Suci Saudara sendiri, tanpa Saudara mampu membelanya!

Tentu saja Penulis tidak mau menyajikan segala macam cacat dari setiap Kitab Suci itu, agar tidak memanaskan suasana. Ada pihak yang beruntung, oleh pertikaian umat TUHAN, yakni Iblis, Pemberontak itu.

Maka setiap umat yang bijaksana (apalagi mengaku berhikmat), seyogyanya tidak membangkitkan pertentangan atau memojok-mojokkan Kitab Suci pihak lain, melainkan justru bersilaturachmi mencari kesepakatan di antara Kitab Suci.

Setiap Kitab Suci di-„claim selaku hasil pewahyuan oleh TUHAN, maka jika antara yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan, sebaiknya hal itu ditangguhkan saja. Selanjutnya, setiap ajaran yang bersesuaian di dalam Kitab-kitab Suci, itu harus diterima sebagai pewahyuan yang sungguh! Harus diaminkan segera.12

12 CONTOH: Ada ketidak-sesuaian antara Kitab Perjanjian Lama dengan Quraan dalam hal anak Abraham/Ibrahim yang mana yang dikorbankan. Perjanjian Lama menyatakan „Ishak‟, sedangkan Quraan menyatakan jelas: „Ismail‟. Selaku pribadi yang cinta-damai, sebaiknya perdebatan dalam hal sedemikian ditangguhkan saja. Apalagi jika diingat bahwa perdebatan ini sudah berlangsung ribuan tahun, tanpa usai. CONTOH yang lain: Kitab Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Abraham menyembah TUHAN, tanpa nama. Quraan mengajarkan bahwa Ibrahim menyembah TUHAN yang tanpa nama pula. Kesepakatan dua Kitab ini memastikan suatu kebenaran. Juga hal ini meredakan pertikaian mengenai Nama TUHAN (YHWH ataupun Allah) yang masing-masing hanya disebut di dalam satu Kitab Suci berbahasa asli (Ibrani dan Arab).

Maka untuk meredam sukacita penghuni neraka, perlulah dipikirkan peranan kehadiran masing-masing Kitab Suci dari tiga Agama itu…

Rasanya semua pihak yang bertikai dapat sepakat bahwa salah satu peranan Kitab Suci adalah penuntun hidup saleh. Mengapa harus hidup saleh? Rasanya setiap umat TUHAN sepakat bahwa hidup saleh merupakan prasyarat untuk memasuki Sorga-kekal. (Ini ajaran setiap Kitab Suci yang mengajarkan hadirnya TUHAN, dan Sorga).

Maka tidak meleset jika dikatakan bahwa peranan Kitab Suci adalah semacam peta-perjalanan menuju suatu tempat yang indah, yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, dan belum dikenal. Kitab Suci dapat dianggap sebagai piranti, petunjuk kehidupan untuk dapat bergabung di Sorga. Ini tujuan hakiki dari umat TUHAN yang percaya akan kehadiran Sorga.

Apakah penunjuk jalan ke Sorga harus sempurna? Harus yang paling indah? (Bandingkanlah dengan papan penunjuk jalan menuju kota-kota tertentu, apakah harus diperindah sangat?) Jika ada yang mengaku bahwa Kitab Sucinya sempurna, maka terciptalah Berhala-Kitab. Sebab tidak ada Kitab yang sempurna. Tidak ada benda atau makhluk bumi yang sempurna… Hanya TUHAN yang sempurna.

Sejujurnya, Tokoh, atau suatu Pribadilah yang berwenang membawa ke sorga, bukan sekedar menunjukkan jalan ke sorga! Walaupun Kitab Suci dapat dianggap sebagai peta perjalanan, namun kepastian bergabung dengan Sorga hanya dicapai jika umat beroleh satu Tokoh Penuntun ke Sorga, bukan sekedar Kitab Suci, yang sekedar berisi aturan hidup saleh.

Maka kelirulah umat dan para pemimpin Agama yang berselisih paham mengenai Kitab Suci yang paling asli, dan paling sempurna, dan paling sah. Semuanya itu sia-sia, jika tidak berjumpa dengan Tokoh yang berwenang menuntun ke Sorga. Lebih jauh lagi, Tokoh itu haruslah Pemilik Sorga sendiri, Yang Maha Tinggi, atau (barangkali) ada Tokoh lain yang diberi wewenang untuk menuntun umat ke Sorga. Hal ini akan menjadi jelas nanti.

Yang penting: jangan Sorga dibelenggu di dalam suatu Kitab Suci; seolah-olah siapa yang memegang Kitab Suci yang sempurna
sudah pasti memasuki Sorga. Membelenggu Sorga berarti membelenggu kebijakan (Inggris:‟policy‟) Pemilik Sorga. Sebab Pemilik Sorga pasti tidak mendelegasikan wewenangNya kepada sekedar Kitab! Akhirnya, Kitab hanyalah suatu benda, yang berisi petunjuk belaka; bukan menentukan masuk/tidaknya seseorang ke dalam Sorga.

Jangan pula TUHAN dibelengggu, seolah-olah TUHAN hanya berfirman di dalam Kitab2 dari Agama Semawi (Yahudi – Kristen – Islam). TUHAN berfirman juga di luar Kitab-kitab yang dianggap suci itu. Bahkan di dalam Kitab Weda (Veda), TUHAN sudah mencatatkan kebenaranNya, untuk mencairkan kesombongan yang merebak di tengah-tengah umat Tuhan. Di bawah ini beberapa Sloka dari Kitab Suci Agama Hindu, Weda, yang membuktikan bahwa TUHAN berfiman juga di dalam Kitab itu. Oleh pertimbangan ruangan, tiga contoh Sloka saja disajikan di sini:

Sloka 9:11: Orang bodoh mengejek diriku bila AKU menurun dalam bentuk diri manusia karena mereka tidak mengerti bentuk rohaniKU sebagai TUHAN YANG MAHA ESA yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.


Sloka ini memperkenalkan TUHAN YANG MAHA ESA, tanpa nama-pribadi. berbentuk roh(ani), tidak terbuat dari kayu ataupun batu; Yang Esa serta berkuasa atas segala sesuatu.Sadar atau tidak, Sloka ini adalah nubuatan tentang menurun atau menitisnya13 TUHAN, tampil dalam bentuk manusia. Lalu orang-orang bodoh mengejek. Satu-satunya manusia yang menyandang ciri titisan TUHAN adalah Yesus-Anak-Manusia, yang diejek, bahkan disalibkan oleh orang-orang yang (beragama, namun) tidak mengerti tentang Roh TUHAN!

13 „menitis‟ adalah istilah khas ajaran Hindu, di mana Penghuni Swargaloka (termasuk dewa/dewi Hindu) diyakini dapat menitis ke dalam bentuk manusia, sementara pribadi yang awal tetap menghuni Swargaloka (Swarga= sorga; loka=rumah); titisannya tampil selaku makhluk bumi (manusia atau hewan).

Ada kebenaran tertentu di dalam pengajaran tentang „penitisan‟ ini. Jika umat beragama mengakui bahwa TUHAN adalah Yang Maha Kuasa, tentu Yang Maha Kuasa atau Yang Maha Pencipta mampu melakukan penitisan. Siapa yang berani melarang TUHAN?

Luar biasa nubuatan yang dari India, dari zaman Abraham ini.

Sloka 9:2: Orang yang menyembah dewa-dewa akan dilahirkan di antara dewa-dewa, orang yang menyembah leluhur akan pergi kepada leluhur, orang yang menyembah hantu dan roh halus akan lahir di tengah makhluk seperti itu dan orang yang menyembah AKU akan hidup bersama AKU di dalam KERAJAANKU.


Menyembah TUHAN, akan masuk ke dalam Kerajaan TUHAN. Yesus adalah satu-satunya utusan Sorga yang memperkenalkan Injil Kerajaan Sorga {Matius 4:17; Matius 24:14, dll.}. Inginkah Saudara memasuki Sorga? Sembahlah TUHAN yang tidak terbelenggu, jangan sembah Tuhan-lokal!

Sloka 18:66: Tinggalkanlah segala jenis darma agamamu dan hanya menyerahkan diri kepadaKu; AKU akan menyelamatkan kamu dari segala reaksi dosa, jangan takut.

Segala macam darma, Ibadah, kebaktian {bahasa Quraan: syariat} , bukan persiapan yang cukup untuk beroleh keselamatan dari akibat dosa. Yang benar: penyerahan diri kepada TUHAN {bahasa Quraan: „menjadi Islam‟ (dalam iman Tauchid)} dan pengampunan dari dosa, yang juga bersumber dari TUHAN.

Seperti halnya Ibrahim dan ajaran Sloka-sloka ini, Yesus-Anak-Manusia tidak menetapkan syariat di dalam InjilNya. (Di kemudian hari, pemimpin agama Kristen merumuskan syariat masing-masing aliran). Yesus menjanjikan pengampunan (dari TUHAN) dan penyelamatan dari dampak dosa atau neraka..

Dengan melihat kebenaran ilahi yang disajikan oleh Sloka-sloka yang dikutip di atas, jelaslah bahwa TUHAN mampu berfirman dari setiap Kitab dengan cara memberi ilham penulisnya. Orang-orang berkebatinan tinggi bahkan mampu membaca „firman‟ TUHAN dari kenyataan-kenyataan ciptaan TUHAN di alam raya.

Beranikah sekarang Saudara secara jujur mengakui bahwa TUHAN, Yang Maha Besar tidakterikat di dalam salah satu Kitab Suci saja?

3. BELENGGU AGAMAWI
(“TUHAN mengesahkan hanya Agama kami!”).

Pada Bab yang lalu sudah ditunjukkan bahwa Belenggu Kebangsaan dan Bahasa „dikenakan‟ terhadap TUHAN. Setelah pengenalan akan TUHAN menyebar lebih luas melintasi batas-batas Kebangsaan, Iblis memanfaatkan Belenggu Agamawi. Umumnya setiap Agama bergerak menyeberangi batas-batas bangsa dan negara.

Belenggu itu nampak dari fakta bahwa sebagian umat beragama meng-claim yang : “Agama kamilahbenar! Agama kamilah yang menyembah TUHAN, satu-satunya Tuhan (prinsipMonotheisme). Agama kamilah satu-satunya yang diridhoi TUHAN.” Mereka cenderung menganggap bahwa Agama lain tidak mengenal TUHAN, Agama sesat!

Penyakit membelenggu TUHAN sedemikian diidap juga oleh sebagian orang yang menganut Agama Kristen. Mereka nyatakan: “Hanya orang Kristen yang beroleh keselamatan kekal!” Tidak sadar mereka bahwa Kitab Injil sendiri menyangkali mereka, dalam catatan Lukas 23:39-43, sewaktu Yesus mengatakan kepada seorang penjahat yang disalib disisiNya:

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."


Apakah penjahat yang selamat ini seorang yang beragama Kristen? TIDAK! Apakah Zakeus, yang oleh Yesus dinyatakan beroleh keselamatan {Lukas 19:9-10}14 adalah seorang beragama Kristen? BUKAN! Agama Kristen belum ada pada masa itu. Istilah „Kristen‟ baru disebut-sebut di kemudian hari.

14 Lukas 19:9 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. 10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang…”

Yang jelas, Zakeus dinyatakan oleh Yesus sebagai keturunan Abraham. Tentu bukan dalam arti jasmaniah, melainkan artian rohaniah. Zakeus mewarisi sikap-rohani Abraham. Zakeus tidak menyembah Yesus di kala itu, namun dia adalah seorang yang selamat!

Mengurung TUHAN di dalam Agama adalah kebathilan!

Seolah-olah TUHAN menganut Agama tertentu. Ini kekeliruan karena belum mengakui bahwa TUHAN tidak perlu beragama. Berarti umat sedang memperlakukan TUHAN sebagai manusia, makhluk ciptaan. Berarti memerosotkan martabat TUHAN.
Adalah bathil, jika seseorang mengurangi martabat Tokoh manapun! Teristimewa Tokoh Sorga dan utusan Sorga! Seolah-olah kekuasaan TUHAN terkurung pada Agama tertentu; hal ini tentu bermakna: Agama lain dikuasai Iblis.

Pembaca yang budiman, jika Saudara ternyata sudah terjerumus ke dalam kebathilan mengurangi martabat TUHAN atau utusanNya…,

…maukah Saudara mengakui kebathilan di masa lalu di hadapan Yang Maha Tinggi? Agar jangan murkaNya menerpa Saudara.
4. BELENGGU KEYAKINAN
(“Tidak mungkin manusia menjadi Tuhan!”)

Seringkali kalimat ini dimanfaatkan untuk menyangkali iman umat Buddhis, yang dianggap menyembah Buddha. Buddha adalah anak seorang Raja, jadi tadinya adalah manusia biasa, lalu meningkat secara spiritual, dan dipandang sudah memasuki kekekalan tanpa meninggal dunia (moksha). Maka Buddha dianggap layak disembah/diikuti. Kwan Im Pousat, yang dipercaya sudah menjadi Dewi (setara Tuhan), juga disangkali oleh paham ini: Tidak mungkin manusia menjadi Tuhan, menjadi Sesembahan.

Paham ini terasa seolah-olah sedang memuliakan TUHAN, mempertahankan kemuliaan TUHAN selaku satu-satunya Sesembahan. Padahal di baliknya, paham ini memiliki bayang-bayang dalam cermin-rohani: ”Tidak boleh TUHAN menampilkan diri selaku manusia!” Suatu belenggu baru terhadap TUHAN, belenggu yang tidak disadari.

Kebenarannya: sewaktu TUHAN, Yang Maha Kuasa, ingin menampilkan DiriNya selaku manusia, siapa yang berani melarang? Siapa yang punya hak melarang-larang TUHAN? Melarang-larang Yang Maha Kuasa berarti khianat, mencoba membelenggu. Akibatnya, Saudara jadi memiliki Tuhan yang tidak Maha Kuasa, kerugian bagi Saudara sendiri!

Begitu mahirnya Iblis membelenggu pikiran manusia, dikungkungnya dalam paham yang kelihatannya benar, namun sudah terpelintir oleh Iblis!

Lihatlah, belenggu terhadap TUHAN ini dilakukan oleh umat yang mengaku beriman. Umat yang memegang Kitab Suci yang dipercaya diwahyukan dari Sorga. Lalu menganggap TUHAN tidak berfirman melalui sarana lain. Padahal TUHAN berhak menyampaikan pesanNya melalui sarana apapun, asalkan umat mampu mem‟baca‟nya.

Dikutip ulang di sini, Sloka dari Kitab Weda, Kitab yang dianggap bukan Kitab Suci oleh umat beragama Semawi. Bacalah pernyataan TUHAN melalui Kitab Weda ini:

Sloka 9:11: Orang bodoh mengejek diriku bila AKU menurun dalam bentuk diri manusia karena mereka tidak mengerti bentuk rohaniKU sebagai TUHAN YANG MAHA ESA yang berkuasa atas segala sesuatu yang ada.

Sloka ini menjadi nubuatan tentang akan menurunnya atau menitisnya TUHAN, tampil dalam bentuk manusia. Lalu orang-orang bodoh mengejek. Nyatanya Sloka ini sedang mengecam keras, menyatakan bodoh, umat beragama yang telah membelenggu TUHAN: “Tidak boleh TUHAN tampil selaku manusia!”

Saudara, jika anda ternyata sudah terkungkung di dalam jerat Iblis membelenggu TUHAN, beranikah Saudara secara jujur mengakuinya di hadapan TUHAN? Mohonlah dilepaskan dari kungkungan!


5. BELENGGU DAYA PIKIR MANUSIA
(“TUHAN itu Esa, sejak awalnya sampai selama- lamanya!”).

Saudara telah melihat ragam-ragam belenggu yang dikenakan kepada TUHAN oleh manusia, antara lain belenggu Kebangsaan dan Bahasa, belenggu Kitab Suci dan Agama, serta belenggu Keyakinan (yang ternyata buta!). Inilah waktunya untuk merenungkan, apakah Saudara ingin maju secara rohani, semakin mengenal TUHAN, Yang Tidak Terbatas?
Sesungguhnya ragam-ragam belenggu yang telah disajikan di atas baru yang garis-besarnya saja. Banyak lagi belenggu yang dikenakan kepada TUHAN oleh umat yang terbelenggu daya pikirnya, namun dengan takabur mengaku paling mengenal TUHAN.

Harus diakui bahwa daya-pikir manusia sangat terbatas, sementara keberadaan TUHAN tidak terbatas. Sehingga tidak mungkin pikiran manusia memahami keseluruhan Pribadi TUHAN. Hal ini jelas diketahui oleh Iblis, si Penyesat.

Maka seringkali Iblis menunggangi pikiran manusia, meng-injeksi-kan gagasan yang kelihatannya benar, namun sudah membelenggu pikiran manusia itu, yang pada gilirannya membelenggu TUHAN yang dikenalnya, semakin terbatas. Memang Iblis sangat bernafsu mau membelenggu TUHAN, atau sekedar membelenggu pemahaman tentang TUHAN.

„Bunyi‟ salah satu belenggu itu: “TUHAN itu Esa, sejak awalNya sampai selama-lamanya. Tidak mungkin TUHAN tampil berdua!”

Gagasan ini terasa sebagai kebenaran, karena diturunkan dari paham keesaan dan keabadian TUHAN. Kekeliruan muncul pada gagasan yang tersembunyi, yang merupakan dampak dari gagasan pertama. Belenggu yang tersembunyi berbunyi: “TUHAN tidak (tidak mampu atau tidak boleh) memecah DiriNya menjadi dua atau lebih.” (“Tidak boleh!” kata manusia yang sudah lebih dahulu terbelenggu pikirannya oleh Iblis).

Pemahaman keliru di atas berangkat dari Wawasan Biologis Kemanusiaan, yang diterapkan manusia terhadap TUHAN. Bahwa mustahil TUHAN mempunyai isteri, lalu beranak. Mustahil TUHAN melakukan hubungan kelamin, sebab TUHAN adalah Roh, tidak memiliki alat kelamin. Jadi mustahil ada Anak TUHAN.

Padahal ada Wawasan Biologis yang canggih. berkaitan dengan kebenaran Injil: „Hikmat dari Amoeba‟. Yang berikut ini adalah hikmat yang tidak disadari oleh guru-guru agamawi: Yahudi - Muslim - Kristen.

Sadarkah Saudara bahwa bakteri, termasuk Amoeba, makhluk satu sel, mampu menghasilkan keturunan tanpa melakukan hubungan kelamin? Setiap sel Amoeba mampu memecah dirinya, menjadi dua. Yang pertama berperan sebagai bapak, yang muncul keluar dari bapak menjadi anak, kendati si bapak tidak berpasangan dan tidak melakukan hubungan kelamin. AMOEBA memecah diri menghasilkan Amoeba!

Maka jika…, jika TUHAN memecah DiriNya, atas kehendakNya sendiri, siapa berani melarang? Yang nekat melarang TUHAN itu adalah Pemberontak, Iblis. Musyrik dia.

Jika TUHAN benar-benar memecah diriNya, maka yang muncul, keluar dari diri TUHAN selayaknyalah disebut Anak TUHAN. Seperti AMOEBA, yang memper‟anak‟kan Amoeba. Dan Anak TUHAN bukanlah TUHAN, namun boleh ber-titel Tuhan (Perhatikan 4-huruf kecil). Maka sewajarnyalah Anak TUHAN (yakni Yesus) memanggil TUHAN dengan sebutan „Bapa‟. Dan wujud manusiaNya, wajarlah jika Yesus menyembah TUHAN, BapaNya.

Bahwa TUHAN sudah pernah memecah diri disepakati oleh ketiga „Kitab Suci‟:

  • Kitab Perjanjian Lama menubuatkan tentang Mesias yang akan datang, lebih kurang 6-abad sebelum kedatangan Mesias, pada Yesaya 61:1: 15 Roh TUHAN ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku;. Apakah seluruh Roh TUHAN ada pada diri Mesias? Jika demikian sorga kosong, bukan? Logisnya, hanya sebagian Roh TUHAN ada dalam diri Mesias, yang kemudian lahir dan menyandang nama Yesus! Yesus, Anak TUHAN, adalah Tuhan.
  • Rekaman Injil Lukas menyampaikan hal yang serupa pada Pasal-4 ayat-18: ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,…”
15 Yesaya 61:1 Roh TUHAN ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, …

Kalimat ini adalah sabda Yesus sendiri, kendati sedang mengutip Yesaya 61:1 di atas. Dengan demikian Yesus membenarkan nubuatan Yesaya dan membenarkan pernyataan bahwa sebagian Roh TUHAN ada dalam diri Yesus-Anak-Manusia (yang jasmaniah).

Jelaslah mengapa Yesus menggelari diri dengan Anak-Manusia, sementara RohNya (bukan jasadNya) adalah Anak TUHAN; keluar dari TUHAN. Sewajarnyalah Yesus yang Roh TUHAN menyeru Yang Maha Tinggi dengan BapaKu. {„Hikmat Amoeba‟ ini tidak dimiliki orang-orang Yahudi di kala itu, sehingga mereka menganggap bahwa Yesus menyamakan diriNya dengan TUHAN, lalu mereka berencana membunuh Yesus!}
  • Al Quraan pada Surat Al Anbiyaa (21):91(dikutip sebagian): Dan Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda yang besar bagi semesta alam. {Baca juga Quraan Surat 66:12 dan 19:17 mencatat hal yang serupa}.
Jelas sekali, bahwa TUHAN telah mengeluarkan (sebagian) RohNya, atau meniupkan sebagian RohNya itu ke dalam tubuh Yesus-Anak-Manusia. Apakah dengan demikian Sorga kosong? Keliru, sebab hanya sebagian Roh TUHAN hadir di dalam diri Yesus-Anak-Manusia. Hanya sebagian… Itulah sebabnya Yesus bersabda dalam Yohanes 8:42:
Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau TUHAN adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari TUHAN. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Di dalam status Anak Manusia itulah Yesus, dengan rendah hati memuliakan BapaNya. Dalam konsep inilah dapat dimengerti sabda-sabda Yesus yang menyatakan diriNya tidak mampu berbuat apa-apa, karena Roh Bapa (di dalam diri Yesus) yang melakukan segalanya!

Lihatlah, Pembaca yang budiman; Kitab Weda, berabad-abad sebelum Kitab-kitab Suci diwahyukan, sudah menubuatkan bahwa akan terjadi Yang Maha Kuasa menitis, tampil dalam wujud manusia (Arti „menitis‟, lihat footnote-13).

Kitab Suci Yahudi menyatakan bahwa (sebagian) Roh TUHAN akan hadir dalam diri Mesias, Juruselamat (Al Masih) yang dinanti-nantikan.

Quraan juga sepakat sewaktu menyatakan bahwa TUHAN meniupkan sebagian dari RohNya ke dalam rahim Maryam. Lalu simaklah pernyataan gamblang dari Yang bersangkutan langsung, Yesus-Anak-Manusia: “…Aku keluar dan datang dari TUHAN…!”

Jelas sekali bahwa keseluruhan skenario penitisan TUHAN ke dalam wujud manusia adalah suatu rancangan agung, yang tentunya dari TUHAN sendiri. Seyogyanyalah manusia, ciptaan TUHAN menaklukkan pikirannya sungguh-sungguh kepada pikiran TUHAN, dan harus berani menyingkirkan belenggu-belenggu Iblis di dalam pikirannya.

{Kitab Perjanjian Baru melanjutkan lebih jauh, bahwa Yesus-Anak-Manusia itu dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat. {Ibrani pasal-2 ayat-7 dan -9}. Tentu saja lebih rendah, sebab terkurung di dalam jasad manusia, sehingga kemampuan Yesus menjadi sangat terbatas, termasuk urusan kemanusiaanNya: haus, lapar, dapat mati fisiknya, dll. Namun selaku penyandang sebagian Roh TUHAN, wajarlah jika Yesus-Anak-Manusia memiliki otoritas lebih luhur dibandingkan semua nabi, bahkan memiliki otoritas terhadap setan-setan, yang di sepanjang Kitab2 Injil terbukti selalu takluk kepada Yesus.}

Tentu saja TUHAN jauh lebih luhur dari pada Amoeba dan manusia. Setelah TUHAN memecah diriNya menjadi dua, TUHAN mampu menyatukan kedua bagian itu kembali. Hal ini disepakati oleh Quraan dan Injil.

Kemampuan TUHAN menyatukan kembali kedua bagian diriNya dinyatakan secara tersamar dalam Quraan, Surat An Nisaa(4):158: Tetapi Allah {maksudnya: Yang Maha Tinggi} telah mengangkat Isa {=Yesus} kepadaNya…

Diangkat kepada TUHAN, bukan sekedar diangkat ke Sorga. Dan selaku Tuhan Yang Maha Besar, pengertian „kepadaNya‟ tentu bermakna menyatu kepada diriNya. Surat Ali Imran ayat-55 juga mengajarkan yang serupa.

Bahwa Tuhan dan TUHAN bersatu kembali {bahkan tidak pernah terpisah}, disabdakan oleh Yesus, dalam Yohanes 10:30: “Aku dan Bapa adalah satu!”

Tidak pernah terpisah, karena roh adalah seperti angin {pelajari Yohanes 3:8}, tidak tepat seperti Amoeba, yang adalah zat padat dan zat cair. Kebenaran di dalam urusan „angin‟ (atmosfir adalah: „ANGIN‟ (atmosfir) besar dan „Angin‟ (atmosfir) kecil di dalam paru-paru manusia tidak pernah terpisah mutlak. Gambar di bawah ini kiranya boleh menolong pemikiran Saudara.
Sejak awal zaman, sampai abadi, TUHAN, Yang Maha Besar, tetap sama; tidak berubah. Pada l.k. 2000 tahun yang lalu tampil Anak TUHAN di bumi, terkurung dalam jasad manusia: Yesus. Pandangan kedagingan akan melihat keterpisahan Bapa dari Anak. Namun keterpisahan itu hanya sementara, dan secara ROH, itu hanya keterpisahan yang semu. Terjadi penyatuan kembali setelah Anak (RohYesus) kembali kepada TUHAN (naik ke sorga).
Demikianlah keadaannya; Roh TUHAN dan Roh Tuhan (dalam diri Anak Manusia) tidak pernah terpisah. Jelaslah mengapa Yesus sabdakan lebih gamblang dalam Yohanes 17:10, pasal tentang Doa Yesus kepada Bapa Sorgawi: “…dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka…”
Segala milik Bapa adalah milik Anak dan segala milik Anak adalah milik Bapa Sorgawi. Semakin nyata kesenyawaan antara Bapa dan Anak, sehingga gugurlah tudingan segolongan umat yang mengatakan bahwa pengikut Yesus adalah penyembah dua Tuhan!

Suatu kebenaran Pelengkap: Isa/Yesus selaku putera Maria(m), dalam status kemanusiaanNya, di Bumi, tentu harus menyembah TUHAN, di Sorga. Menyembah Bapa Sorgawi. Namun pada saat ini (abad-XXI) „mereka‟ sudah menyatu kembali, menjadi SATU Pribadi yang disembah! Maka para penganut Injil murni adalah penyembah SATU Tuhan. Dengan demikian, jelaslah istilah Yesus16-Anak-TUHAN adalah suatu kebenaran di dalam wawasan rohani. Tidak untuk keliru dimengerti di dalam Wawasan jasmani kemanusiaan.

16 Sebagian umat sulit menerima bahwa Isa adalah Yesus… Ada yang mengatakan Isa adalah Esau. Ini pernyataan yang lancung dan bodoh. Esau memiliki ayah, yakni Yakub. Isa (dalam Quraan) tidak memiliki ayah, lahir dari Maryam yang perawan. Yesus (dalam Kitab Injil) juga lahir dari perawan, tidak dari benih laki-laki. Jelaslah asal-usulnya julukan Isa bin Maryam (=Maria) dan Yesus putera Maria. Isa dan Yesus adalah tokoh yang sama dengan nama yang berbeda karena masalah logat (dialek).

Saudara, jika pikiran anda sempat terkungkung sehingga membelenggu TUHAN, beranikah Saudara mengakui kekeliruan di masa lalu di hadapan Yang Maha Kuasa?


6. BELENGGU-BELENGGU PIKIRAN MANUSIA

TUHAN, Yang Maha Besar, adalah tidak terbatas, sedangkan manusia beserta pikirannya sangat terbatas! Maka siapa saja yang memikirkan keberadaan TUHAN yang Roh dikaitkan dengan pikiran kedagingan, harus sangat berhati-hati. Lihatlah belenggu-belenggu berikut, yang semuanya berangkat dari keterbatasan pikiran manusia dan kecerobohan menggunakannya.

BELENGGU: “Tidak mungkin Tuhan disalibkan!”

Ini adalah suatu pernyataan yang sangat tepat. Bagaimana mungkin Tuhan, Yang Roh, dipancangkan kepada salib, yang fisik? Namun pikiran berikut sama benarnya: “Yang tersalib itu hanya jasad, atau tubuh-jasmani, yang me-wadah-i sebagian Roh TUHAN!”

Roh TUHAN (Rohullah; Quraan) itu sendiri tidak tersentuh oleh salib, yang fisik. Belenggu sesungguhnya di dalam pikiran manusia: “Tidak boleh Tuhan memberi tubuh-jasmaniNya disalibkan!” Lihatlah jerat yang ditanamkan oleh Iblis ke dalam pikiran sebagian umat, sehingga mereka melarang-larang TUHAN!

Siapa saja yang mampu memisahkan wawasan kedagingan dari wawasan roh akan menampak bahwa: kendati tubuh-jasmani Yesus disalibkan, namun (sebagian)Roh TUHAN dalam diriNya tetap jaya, tidak rusak. Bahkan kerusakan tubuh-kedagingan itu diperlukan, menjadi prasyarat untuk RohYesus menyatu kembali kepada BapaNya!

Maksud yang lain dalam mengijinkan tubuh-jasmaniNya disalibkan adalah men-demonstrasi-kan kepada umat TUHAN bahwa jasad manusia tidak berarti. Semua jasad manusia datang dari debu, pasti kembali menjadi debu (Inna lillahi wa inna ilaihi roji‟un.) Hal itu adalah bagian dari pengajaran Injil yang disampaikan oleh Yesus dalam Yohanes 6:63;

“…Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna…”
(Tidak berguna untuk hidup dalam kekekalan).


BELENGGU: “Mana mungkin ada tiga Tuhan! Itu penyembahan berhala!”

Uraian-uraian panjang yang terdahulu, jika disimak dengan teliti, sesungguhnya sudah harus memecahkan belenggu ini. TUHAN, Yang Maha Besar adalah satu, dan Maha Kuasa. Maka, jika TUHAN ingin menampilkan sebagian RohNya dalam wujud Yesus-Anak-Manusia, siapa berani larang? Lagi pula keterpisahan (pada pandangan manusia) itu hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, sangat singkat (tiga puluhan tahun dibandingkan dengan rentang waktu dari awal sampai kepada keabadian!)

BELENGGU: “TUHAN itu tiga Pribadi: Bapa-Anak- RohKudus!”

Umat golongan ini tidak melihat bahwa Yesus sudah membagi Roh Kudus kepada para murid sebelum Dia kembali ke Sorga {Yohanes 20:22}; dengan cara mengembusi para murid. (Mirip sekali dengan pernyataan Quraan, TUHAN meniupkan sebagian RohNya ke dalam rahim Maryam). Ini menjadi pemberian-awal Roh Kudus, mendahului pencurahanNya, yang menyusul.

Peristiwa ini terjadi sebelum Yesus menyatu kembali kepada Bapa Sorgawi, jadi menunjukkan bahwa Yesus memiliki martabat melebihi Roh Kudus! Bukan setara. Banyak ayat lain di dalam Kitab Yohanes mendukung kebenaran ini (Silahkan umat kristiani pelajari lagi Injilnya). Bahwa Yesus menyandang Roh Kudus, itupun diajarkan di dalam Quraan (Qs.2:253: …Kami memperkuatnya dengan RuhulQudus…).

Maka ketika Roh Kudus dicurahkan, yakni setelah Anak menyatu dengan Bapa, tentu RohYesus itu juga yang dicurahkan (selaras dengan pemberian awal kepada para murid dalam Yoh.20:22 tadi; periksa juga Kis.16:6,7 dan Fil.1:19).

Sungguh menyedihkan, sebagian umat terkungkung dalam paham yang keliru, menganggap bahwa TUHAN itu tiga pribadi, dan ketiganya sama martabat. Akibatnya muncullah ejekan: “Mana mungkin 1+1+1 = 3?” Belenggu pikiran sedemikian harus dipatahkan.

Yang benar adalah „1‟ yang menjadi pangkal atau induk, lalu yang satu itu, untuk sementara memecah diri menjadi dua, untuk kemudian menyatu kembali. Dan keseluruhan Roh TUHAN itu tidak pernah berkurang, karena perpisahan yang terjadi adalah semu. Dalam Alam Roh, setiap bagian Roh itu tetap dalam satu kesatuan (Yohanes 10:30). Di bawah inilah kebenaran ilahi:

Yang Maha Besar memisahkan sebagian RohNya, masuk ke dalam jasad manusia (Yesus-Anak-Manusia). Lalu jasad manusia itu pecah (Yesus tersalib), prasyarat agar kedua „bagian‟ itu dapat menyatu kembali. Terjadi penyatuan kembali, dilanjutkan dengan pencurahan bagi semua umat manusia yang mau menerima RuhulQudus itu!

Saudara, pemberian RuhulQudus dari TUHAN, pertama kali terjadi kepada Yesus-Anak-Manusia (Isa bin Maryam; QS.2:253), dengan cara dihembuskan. Lalu, Oleh Yesus-Anak-TUHAN, terjadi pemberian-awal bagi para muridNya (Yohanes 20:22), juga dengan cara dihembuskan. Dilanjutkan dengan pencurahan Roh Kudus, sehingga semua orang dapat menerimanya jika dia menyatakan dengan jelas, melalui doa-doa yang harus diucapkan.17

17 DOA SEDERHANA: “Saya menyembah TUHAN, Yang Maha Tinggi, Yang pernah membagi RohNya untuk bersemayam di dalam diri Yesus-Anak-Manusia. Saya ingin diberi Roh TUHAN di dalam diriku, untuk memperbaharui pribadi saya. Segala macam kuasa Iblis dan jin-jin-yang-jahat harus enyah dari diriku, dari kehidupanku. Saya mohon agar disucikan dari dosa-dosa saya, oleh kasih Tuhanku; saya mau dibimbing terus di jalan yang lurus, dibimbing terus ke dalam Sorga kekal; AMIN.” Jika anda dengan tegas memanjatkan doa ini, dan dapat selesai dengan mulus, maka segera akan merasakan sejahtera di hati!

Roh Kudus, atau bagian kecil dari Roh TUHAN, itulah yang melakukan transformasi atas pribadi manusia, menjadi benih untuk watak-ilahi, sehingga layak memasuki kekekalan!

Sembahlah TUHAN, yang pada suatu masa yang singkat pernah memberikan sebagian RohNya bersemayam di dalam tubuh manusia (Yesus-Anak-Manusia), dan memperkuat Isa/Yesus (manusia) dengan Roh Kudus.



7. HIKMAT DARI LAUT

Umat yang memiliki kerendahan hati seyogyanya mengakui bahwa daya-pikir manusia sangat terbatas, sementara keberadaan TUHAN tidak terbatas. Sehingga tidak mungkin pikiran manusia memahami keseluruhan Pribadi TUHAN. Kenyataan ini dimengerti juga oleh Iblis si Penyesat, yang terbukti menunggangi keterbatasan manusia sehingga gagal mengerti keberadaan TUHAN, namun manusia menyatakan diri sudah menyembah TUHAN, Yang Benar.

Keterbatasan daya pikir manusia dihadapkan kepada ketidak-terbatasan TUHAN dapat digambarkan melalui ilustrasi berikut.

ILLUSTRASI: Seorang anak remaja, sepulangnya dari piknik ke Bina Ria, Ancol, Jakarta, menyatakan: “Aku telah melihat laut!” Tidak seorangpun membantah. Padahal yang bernama laut ada ribuan kali lebih luas dari pantai Bina Ria yang dikunjungi oleh anak remaja itu. Demikian juga terjadi dengan anak-anak remaja di tepi laut di seluruh dunia.

Manusia umumnya mengakui keterbatasan daya-pikir anak-anak, yang tidak mampu „menangkap‟ seluruh lautan. Orang dewasa tak pernah membantah pernyataan anak kecil itu! Tetapi apa yang terjadi ketika segolongan orang, penyembah Yesus-Yang-sebagian-Roh-TUHAN mengatakan “Saya sudah menyembah TUHAN!”? Umat golongan lain mungkin memprotes, bahkan menyergah: “Kamu tidak menyembah Yang Maha Besar!” Atau: “Kamu sesat!” Atau “Kafir!” Dan sergahan lainnya.

Sergahan tadi dianggap benar, karena orang yang pertama menyembah hanya sebagian-Roh-TUHAN, belum menyembah TUHAN. Tetapi dalam hikmat tentang laut, bahwa siapa yang melihat sebagian lautan, sah menyatakan sudah melihat laut, maka sesungguhnya segolongan orang yang menyembah (sebagian)-Roh-TUHAN tadi sah juga menyatakan dirinya sudah menyembah TUHAN; tidak dapat dipersalahkan.

Kedua kasus ini harus diperlakukan adil setelah mempertimbangkan keterbatasan (pikiran) manusia untuk menangkap sesuatu yang besar, bahkan Yang Maha Besar. Sebagaimana orang-orang dewasa memaklumi keterbatasan anak-kecil mengenai laut, demikian juga TUHAN, sangat memaklumi keterbatasan umatNya mengenai DiriNya!

Keterbatasan daya-pikir manusia sangat dimengerti oleh Yesus sendiri, sehingga disabdakanNya dalam Yohanes 14:9:

Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami…”

Yesus, dengan sebagian Roh-Bapa di dalam dirinya, sangat mengerti keterbatasan manusia. Namun keangkuhan hati Filipus tidak sadar akan keterbatasan dirinya memahami Yang Maha Besar, minta ditunjukkan keseluruhan Bapa Sorgawi. Hasilnya adalah kecaman.

Mengapa ada standard-ganda di dalam manusia memperlakukan kasus-sebagian-laut dan kasus-sebagian-Roh-TUHAN di atas? Pasti karena hadirnya Iblis, yang tidak suka manusia menyembah TUHAN. Iblis juga tidak suka jika sebagian-Roh-TUHAN dikenal jelas oleh umat. Sebab Iblis sangat bernafsu, agar manusia menyembah setan saja!

Maka Iblis menunggangi keangkuhan yang hadir di dalam diri setiap manusia untuk mengadu-domba dengan cara yang disinggung di atas: Yang satu menyergah yang lain.

Beranikah Saudara bersikap adil terhadap kedua kasus tadi, lalu menyatakan:

barangsiapa melihat sebagian laut, dia sudah melihat laut;
dan
siapa menyembah sebagian TUHAN, dia sudah menyembah
TUHAN!


8. UMAT TUHAN, JANGAN SALING MENGEJEK!

Sekedar menunjukkan betapa kerasnya pertikaian antar umat yang beragama Semawi, lihatlah „perang‟ yang dilancarkan oleh sebagian umat terhadap Al Quraan.

Pada tahap pertama, dikutip ayat Quraan, Surat An Nisaa(4):82: …Kalau kiranya Al Quraan itu bukan dari sisi Allah (yakni TUHAN), tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

Lalu dikutip dan ditunjukkan beberapa pasang ayat Quraan dan Hadits, serta pertentangan yang diidap ayat-ayat itu, untuk kemudian menyimpulkan bahwa lancunglah Quraan, padahal tidak demikian kebenarannya!

Beberapa pertentangan di dalam Quraan yang mereka tampilkan itu (dikutip 3-pasang saja), lalu dinyatakan bertentangan adalah sebagai berikut (baca juga footnote masing-masing, yang menjelaskan titik pertentangannya):

[ 1 ] Allah (maksudnya: TUHAN) tentu yang terkemuka 18 Al Masih Isa terkemuka di dunia dan di akhirat (QS.3:45).
[ 2 ] QS.31:34; Hanya pada sisi Allah (maksudnya: TUHAN) pengetahuan tentang kiamat 19 Isa memberi pengetahuan tentang kiamat (QS.43:61).
[ 3 ] QS.22:17; Allah (maksudnya: TUHAN) memberi keputusan di akhirat 20 Isa menjadi saksi terhadap mereka(QS.4:159).

18 Surat Al Hadid(57):2: KepunyaanNyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu …namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat… {Ali „Imran(3):45}. PERTENTANGANNYA: Yang terkemuka di dalam setiap Kerajaan (langit dan bumi) tentulah Raja. Apa Isa sudah merebut martabat Yang Maha Tinggi?
19 Surat Luqman(31):34: Sesungguhnya Allah (baca: TUHAN), hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat… Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat… {Az Zukhruf(43):61}. PERTENTANGANNYA: Apa salah satu ayat Quraan ini harus dibatalkan?
20 Surat Al Hajj(22):17: …Allah (baca: TUHAN) akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat… Dan tidak seorangpun dari Ahli Kitab melainkan akan beriman kepada Isa sebelum matinya, dan pada hari kiamat dia menjadi saksi terhadap mereka {An Nisaa(4):159}… bahkan di dalam Hadits Shahih Muslim I, no.104 dicatat kesaksian Muhammad: “Demi Allah (TUHAN), sungguh „Isa anak Maryam akan turun menjadi Hakim yang adil.”


Lebih jauh lagi, Hadits Nabi menyatakan Isa menjadi Hakim di akhir zaman! Berarti Isa/Yesus yang Rohullah memutuskan nasib manusia!

Fakta tentang adanya pertentangan di antara ayat-ayat Quraan sendiri menimbulkan pertanyaan: Apakah salah satu ayat dari setiap pasangan di atas harus dibatalkan? Wah, menghapuskan ayat, siapa yang berhak? Itu bukan penyelesaian yang sehat, melainkan pelecehan terhadap Kitab Suci! Lalu bagaimana penyelesaian pertentangan itu?

KERANCUAN: Siapa sesungguhnya yang menjadi Hakim di Hari Kiamat? TUHAN atau Isa/Yesus? Apakah salah satu ayat Kitab Suci dapat dibatalkan?

Bagi Pembaca yang sudah menekuni semua uraian di dalam Buku ini, tidak sulit untuk meredakan pertentangan-pertentangan tadi.

Sudah diterangkan betapa TUHAN memecah diriNya (untuk sementara) menjadi dua. Yakni Roh TUHAN dan Roh Tuhan (dalam diri Yesus/Isa).

Melalui ilustrasi, sudah diterangkan bahwa „anak‟ Amoeba dengan „bapak‟ AMOEBA memiliki watak dan kemampuan yang serupa. Maka tidaklah mengherankan bahwa watak Yesus serupa dengan watak BapaNya (TUHAN). Demikian pula kemampuan Yesus serupa dengan kemampuan Yang Maha Tinggi, sehingga mampu melakukan mujizat, sampai kepada membangkitkan orang mati (atas izin BapaNya), suatu kemampuan yang ilahi.

Juga telah diterangkan betapa TUHAN mengangkat Yesus kepadaNya (bukan sekedar mengangkat ke sorga), menjadi petunjuk betapa kedua Roh itu (Roh TUHAN dan Roh Tuhan) menyatu kembali.

Dengan menyatunya Roh Yesus dengan Roh TUHAN, tidak perlu diherankan lagi jika dinyatakan:

{ 1 } Al Masih Isa (dalam kesatuan dengan TUHAN), terkemuka di dunia dan di akhirat (QS.3:45 Matius 28:17)
{ 2 } Isa/Yesus, dalam kesatuan dengan TUHAN, memberi pengetahuan tentang kiamat (QS.43:61 Matius Pasal-24 dll.)
{ 3 } Isa/Yesus (dalam kesatuan dengan TUHAN) menjadi Hakim di akhir zaman! Berarti Isa/Yesus yang memutuskan nasib manusia! (Hadits Nabi Matius 25:31-46).


Dan selanjutnya, di dalam pernyataan-pernyataan Kitab Injil: Yesus (dalam kesatuan dengan BapaNya) adalah Juruselamat manusia, juga Raja Sorga! Itulah sebabnya dinyatakan (dengan benar): Yesus tidak membawa sesuatu Agama ke bumi ini, melainkan memperkenalkan Injil Kerajaan Sorga {Matius 4:17; 24:14, dll.}.

Di dalam hikmat yang disampaikan di dalam Buku ini, mudahlah dimengerti apa yang tertulis di dalam Quraan, Surat An Naas, kilauan mutiara di penghujung Al Quraan:

1. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)21 manusia.
2. Raja manusia,
3. Sembahan manusia,
4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
6. dari (golongan) Jin dan manusia.


21 Kata-kata di dalam kurung ini adalah tambahan (tafsiran) oleh penterjemah Quraan; penambahan yang merusak arti, sehingga diberi coretan alias tidak perlu dibaca. Tuhan-manusia adalah suatu kata majemuk, yang tidak dapat dipisahkan. Kata inipun tidak berbunyi Tuhannya manusia. Arti yang sebenarnya adalah Tuhan yang berwujud manusia.

Singkat kata, Surat ini menunjukkan bahwa syaitan, jin dan orang jahat adalah lawan-lawan umat yang taqwa, yang bersungguh hati ingin ke Sorga. Namun kejahatan itu begitu dahsyatnya mempengaruhi manusia, sehingga dibutuhkan satu Tokoh yang berciri: Tuhan, namun tampil selaku, Raja dalam wujud manusia dan Sesembahan, namun berwujud manusia.

Padahal, kepercayaan umum menyatakan syiriklah barangsiapa menyembah manusia. Surat An Naas inilah yang menampilkan suatu perkecualian. Tidak syirik menyembah satu Tokoh tertentu yang berwujud manusia! Perkecualian itu ada dalam Tokoh Yesus, karena menyandang Roh TUHAN di dalam diriNya.

Maka setiap orang yang menyembah Roh TUHAN di dalam diri Yesus (bukan menyembah Yesus-Anak-Manusia, yang fisik!), akan beroleh lindunganNya dari serangan-serangan setan.



Otoritas terhadap jin dan syaitan inilah yang sudah lebih dahulu diajarkan oleh Yesus di dalam Rekaman Injil Markus Pasal-16 ayat-17:

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku…,

Jelas sekali, umat TUHAN tidak perlu takut akan setan! Dengan mengandalkan kuasa Yesus, dengan menyebutkan nama Yesus22, maka setan-setan akan takluk, menyingkir.23


22 Nama „Yesus‟ dibawa oleh malaikat Gabriel (Jibril) dari Sorga, jadi bukan berasal dari bumi semisal Polan , dan yang lainnya {baca Rekaman Injil Matius 1:23 dan Lukas 1:31}.
23 Pengalaman mengusir setan adalah perkara biasa bagi umat (bukan hanya beragama Kristen) yang mentaati Injil Yesus! Betapa pedih hati ini memirsa peristiwa demi peristiwa di mana berpuluh siswa/siswi Sekolah Lanjutan dirasuk setan, tidak dapat cepat ditolong. Padahal ada kuasa yang tersembunyi di dalam Surat An Naas, mutiara di penghujung Quraan!


Penulis, beserta ratusan rekan-rekan lainnya (menganut Injil Yesus dengan sungguh), keberkatan karena telah diberi pengalaman memanfaatkan wibawa sorgawi yang diterangkan oleh Surat An Naas ini (ditegaskan dalam Injil Yesus).

Bagus jika para Pembaca juga menikmati berkat yang serupa!


9. KEBATHILAN IBLIS!

Pembaca yang dikasihi oleh TUHAN, semua belenggu terhadap TUHAN adalah kebathilan manusia yang pikirannya sudah lebih dahulu dibelenggu oleh Iblis. Maka segala belenggu terhadap TUHAN yang dibahas di dalam buku ini adalah kebathilan Iblis.

Inti kejahatan Iblis: Kerajaan TUHAN yang utuh dan padu, dipecah-pecah menjadi Agama-agama, bahkan lebih kecil lagi: menjadi sekte/aliran yang saling bergesekan! Apa tujuan Iblis yang lebih jauh? Supaya setiap pecahan kecil itu mudah ditunggangi dan dikuasai, („devide et impera‟) semakin renggang dari TUHAN, bahkan jika dapat, dituntun ke neraka!

Lihatlah kebesaran TUHAN, yang tidak dapat di‟belenggu‟ oleh apapun. Sudah jelas bahwa TUHAN mampu „berbicara‟ melalui Taurat (Yahudi), Rekaman-rekaman Injil, Quraan, bahkan melalui Weda (Hindu)! Lebih unggul lagi: orang-orang bijaksana mampu mem‟baca‟ firman TUHAN dari ciptaanNya! (Ingat pelajaran dari amoeba?)

Inilah waktunya, Pembaca yang dikasihi TUHAN, untuk Saudara bertobat dari kebathilan membelenggu TUHAN. {Penulis tidak bermaksud menyesatkan Pembaca, seolah-olah TUHAN dapat dibelenggu. Mana mungkin?}


Kebenarannya di sini adalah, pikiran Saudara mungkin sudah memerosotkan martabat TUHAN, membelenggu konsep-tentang-TUHAN oleh pikiran sendiri yang sudah terbelenggu oleh Iblis, lalu dimerdekakan oleh hikmat {dari Yesus/Isa; Az Zukhruf(43):63}.

Sekali lagi, tulisan ini tidak bertujuan Kristenisasi. Di seluruh buku ini tidak ada ajakan agar Saudara berpindah Agama. Penulis sekedar menyerukan untuk mengembalikan kemuliaan TUHAN, tidak lagi terbelenggu, lalu umat agar menyembah TUHAN, Yang Maha Tinggi, Yang sebagian RohNya pernah hadir di dalam diri Yesus-Anak-Manusia!

Suatu pertobatan harus dinyatakan di dalam doa… Maka di bawah ini disediakan teks-doa yang perlu dipanjatkan beberapa kali, demi kesungguhan hati Saudara. Panjatkanlah berulang kali di sepanjang rentang waktu beberapa bulan. Maka Saudara akan merasakan beroleh hikmat, lalu dapat merenungkan Kitab Suci dengan pikiran yang baru, yang bebas dari belenggu-belenggu Iblis, pikiran yang memuliakan TUHAN, Pencipta kita sekalian. Panjatkanlah doa berikut, dengan bersuara atau di dalam hatipun:


Saya menyembah TUHAN, Yang Maha Tinggi, yang sebagian RohMu pernah hadir di dalam diri Yesus.

Ya Tuhanku, saya sadar bahwa pernah ada belenggu-belenggu Iblis di dalam pikiran saya, sehingga saya seolah-olah membelenggu Engkau, ya Tuhan. Maka saya bermohon agar kuasa Roh TUHAN memerdekakan diriku dari belenggu-belenggu Iblis, dan saya mohon diberi kebijaksanaan, bahkan hikmat, untuk semakin mengenal TUHAN.

Saya membatalkan semua persekutuan dengan Iblis di masa laluku; semua perjanjian dengan Iblis saya batalkan, tidak berlaku lagi; juga semua jasa Iblis saya tolak dari diriku.

Saya terikat perjanjian dengan TUHAN, Yang Maha Tinggi, dan saya hanya mau menerima berkat-berkat dari TUHAN, Pencipta diriku.

Ya TUHAN, saya sudah menampak bahwa Isa, selaku Anak Manusia, Engkau perkuat dengan Rohulqudus; maka saya, juga selaku anak manusia, bermohon, jika boleh, perkuat juga diriku dengan Rohulqudus, agar saya boleh bertahan dari serangan Iblis, si Jahat. Demi nama Yesus, enyahlah semua setan dan jin-yang-jahat dari diriku; saya mau dikawal oleh malaikat Sorga, diamankan di sepanjang kehidupan saya.

Ya TUHAN, Rajaku, saya bermohon ampun untuk dosa-dosaku di masa lalu, mohon dibimbing oleh Roh Kudus, mohon saya diterima di dalam KerajaanMU, supaya saya beroleh Sorga kekal. Demi nama Yesus, saya sudah berdoa; AMIN.

KELANJUTANNYA: Saudara tidak diharuskan bergabung berpindah dari satu (Lembaga) keagamaan kepada lembaga lainnya. Sekali lagi: buku ini bukan suatu upaya kristenisasi. Saudara yang tadinya mengaku Islam, tetaplah Islam (dalam artian memiliki iman Ibrahim: menyembah Yang Menciptakan diriku). Yang tadinya mengaku beragama Kristen, tetaplah Kristen (dalam artian penganut Injil Yesus).

Agama yang Saudara anut (beserta Kartu Tanda Penduduk) tidak harus diganti! Mengganti agama Saudara mungkin berakibat membelenggu TUHAN kembali dengan belenggu yang baru . Kecuali jika Yang Maha Tinggi menghendaki Saudara berganti agama (melalui pesan-pesan khususnya, semisal mimpi, suara hati nurani, dll.) Segala sesuatu dilakukan di bawah bimbingan TUHAN.

Sebab penyembahan kepada TUHAN (Yang Maha Besar) tidak diukur oleh segala macam kegiatan ritual atau festival Agamawi, melainkan diukur melalui KETAATAN kepada TUHAN dan pemeliharaan atas WATAK yang dikenan TUHAN.

Kemajuan rohani Saudara ditentukan oleh pemahaman yang sungguh (dan ketaatan) terhadap Injil (Berita Sukacita) yang dibawa oleh Isa/Yesus. Maka pelajarilah Ajaran Injil dari:

  • Kitab Taurat (Yahudi), pada bagian-bagian yang menjanjikan kedatangan Mesias, utusan yang akan datang dari TUHAN;
  • Di dalam Al Quraan (perhatikan riwayat dan sabda-sabda Isa/Yesus);
  • Kitab Perjanjian Baru, yang menyajikan Injil secara lebih lengkap, khususnya dalam rekaman-rekaman Injil yang dituliskan oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Berdasarkan ketekunan Saudara merenungkan riwayat Isa/Yesus dan sabda-sabdaNya, bangun dan tegakkanlah iman terhadap TUHAN (melalui Isa/Yesus) dari Kitab-Kitab itu, sebab „siapa yang telah mengenal Yesus (Tuhan), dia sudah mengenal TUHAN‟ (Ingat hikmat dari Laut?). Dan di dalam setiap pembacaan, jika bertemu dengan kemampuan ilahi yang tampil dari diri Isa/Yesus sadarilah selalu bahwa yang tertulis mengenai kemampuan Yesus, dilakukanNya dalam kesatuan dengan Yang Maha Tinggi.

Mungkin sulit memahami yang tertulis dalam Kitab-kitab tadi? Ulangilah berdoa, mohon bimbingan hikmat, seperti yang sudah tertulis di atas. Atau, cari dan bergabunglah dengan persekutuan (paguyuban) yang tidak menyuruh Saudara berpindah agama, tidak menyuruh Saudara dibaptis air, tidak mensyaratkan segala macam syariat-syariat keagamaan.

Atau Saudara dapat menghubungi kami, pada no-tilpon dan e-mail address kami, karena kami akan mengirimkan kepada Saudara (dengan cuma-cuma!).

Kami doakan agar kasih karunia Sorgawi memenuhi
kehidupan Saudara!




TENTANG PENULIS

Salam sejahtera di dalam kasih sorgawi!
Secara rohani, Penulis adalah murid Isa/Yesus, bukan dalam bentuk iman (agama) Kristen, melainkan menganut ajaran Injil yang murni, ajaran sebelum agama Kristen dikenal. {Istilah Kristen mulai dikenal bertahun-tahun setelah Yesus kembali ke sorga, [Kisah Para Rasul 11:26].} Penulis menata kehidupan sesuai ajaran Injil yang dibawa oleh Yesus {Quraan menyatakan bahwa Isa/Yesus adalah pembawa Injil}, yang berbeda dari norma/syariat agama Kristen.

Penulis bukanlah pengikut sesuatu sekte kristiani, yang baru terbentuk ratusan tahun, atau bahkan ribuan tahun setelah Yesus kembali ke sorga; Penulis adalah murid Yesus dalam arti yang murni.

Dengan secara berhati-hati, selama puluhan tahun, Penulis menelaah Kitab Perjanjian Lama (yang merekam pengajaran Agama Yahudi), Kitab Perjanjian Baru (pegangan umat beragama Kristen, Quraan (Kitab Suci kaum Muslimin), bahkan Weda (dari umat Hindu). Dari studi selama puluhan tahun itu, oleh bimbingan sorgawi, Penulis menemukan, lalu menyembah dan mentaati TUHAN yang tidak terbelenggu! Penulis tidak memuliakan salib, gereja, patung kayu ataupun batu.

Semoga Pembaca dapat memaklumi (tidak dipaksa harus mengimani) isi buku ini, yang dituliskan bukan untuk melakukan kristenisasi, melainkan untuk memperkenalkan TUHAN yang tidak terbelenggu. Penulis dapat dihubungi melalui e-mail: zilomdo07@yahoo.com atau pada handphone: 081314530520.




Mazmur 10 10:16
TUHAN adalah Raja untuk seterusnya dan selama-lamanya. Bangsa-bangsa lenyap dari tanah-Nya.


Mazmur 93 93:1
TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang;

Mazmur 97 97:1
TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar